diradja 97,6 FM

Rabu

ATJEH FLASHER

untuk para tehnisi HP yg ingin belajar tisp n trik, DONWLOAD software,   silahkan register dan join  di forum kami  DISINI BROW....!!!

DOWNLOAD SEKARANG JUGA

 RADitya....memang Keong Racun   

                   DJRadit Feat DJHendra Yg tak pernah ada

Selasa

Sejarah Pembelian Pesawat pertama di Indonesia

Dakota RI-001 Seulawah adalah pesawat angkut pertama milik Republik Indonesia yang dibeli dari uang sumbangan rakyat Aceh. Pesawat Dakota RI-001 Seulawah ini adalah cikal bakal berdirinya perusahaan penerbangan niaga pertama, Indonesian Airways. Pesawat ini sangat besar jasanya dalam perjuangan awal pembentukan negara Indonesia.

Pesawat Dakota DC-3 Seulawah ini memiliki panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 meter, ditenagai dua mesin Pratt & Whitney berbobot 8.030 kg serta mampu terbang dengan kecepatan maksimum 346 km/jam.

Sejarah

KSAU Komodor Udara Suryadarma memprakarsai pembelian pesawat angkut. Biro Rencana dan Propaganda TNI-AU yang dipimpin oleh OU II Wiweko Supono dan dibantu oleh OMU II Nurtanio Pringgoadisuryo dipercaya sebagai pelaksana ide tersebut.

Biro tersebut kemudian menyiapkan sekira 25 model pesawat Dakota. Kemudian, Kepala Biro Propaganda TNI AU, OMU I J. Salatun ditugaskan mengikuti Presiden Soekarno ke Sumatra dalam rangka mencari dana.

Pada tanggal 16 Juni 1948 di Hotel Kutaraja, Presiden Soekarno berhasil membangkitkan patriotisme rakyat Aceh. Melalui sebuah kepanitiaan yang diketuai Djuned Yusuf dan Said Muhammad Alhabsji, berhasil dikumpulkan sumbangan dari rakyat Aceh setara dengan 20 kg emas.

Dana tersebut kemudian digunakan untuk membeli sebuah pesawat Dakota dan menjadi pesawat angkut pertama yang dimiliki bangsa Indonesia. Pesawat Dakota sumbangan dari rakyat Aceh itu kemudian diberi nama Dakota RI-001 Seulawah. Seulawah sendiri berarti "Gunung Emas".

Kehadiran Dakota RI-001 Seulawah mendorong dibukanya jalur penerbangan Jawa-Sumatra, bahkan hingga ke luar negeri. Pada bulan November 1948, Wakil Presiden Mohammad Hatta mengadakan perjalanan keliling Sumatra dengan rute Maguwo-Jambi-Payakumbuh-Kutaraja-Payakumbuh-Maguwo.

Di Kutaraja, pesawat tersebut digunakan joy flight bagi para pemuka rakyat Aceh dan penyebaran pamflet. Pada tanggal 4 Desember 1948 pesawat digunakan untuk mengangkut kadet ALRI dari Payakumbuh ke Kutaraja, serta untuk pemotretan udara di atas Gunung Merapi.

Pada awal Desember 1948 pesawat Dakota RI-001 Seulawah bertolak dari Lanud Maguwo-Kutaraja dan pada tanggal 6 Desember 1948 bertolak menuju Kalkuta, India. Pesawat diawaki Kapten Pilot J. Maupin, Kopilot OU III Sutardjo Sigit, juru radio Adisumarmo, dan juru mesin Caesselberry. Perjalanan ke Kalkuta adalah untuk melakukan perawatan berkala. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, Dakota RI-001 Seulawah tidak bisa kembali ke tanah air. Atas prakarsa Wiweko Supono, dengan modal Dakota RI-001 Seulawah itulah, maka didirikanlah perusahaan penerbangan niaga pertama, Indonesian Airways, dengan kantor di Birma (kini Myanmar).

Monumen

Seiring dengan perkembangan teknologi, khususnya di bidang kedirgantaraan, beberapa jenis pesawat terbang generasi tua pun dinyatakan berakhir masa operasinya. Salah satunya adalah jenis Dakota.

Namun, karena jasanya yang dinilai besar bagi cikal bakal berdirinya sebuah maskapai penerbangan komersial di tanah air, TNI AU memprakarsai berdirinya sebuah monumen perjuangan pesawat Dakota RI-001 Seulawah di Banda Aceh.

Pada tanggal 30 Juli 1984, Panglima ABRI Jenderal L.B. Moerdani pun meresmikan monumen yang terletak di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.

Monumen ini menjadi lambang bahwa sumbangan rakyat Aceh sangatlah besar bagi perjuangan Republik Indonesia di awal berdirinya.

Aceh Bumoe Beutuah ( Jumat 9.00-10.00 Wib ) Diradio Diradja 97,6 Fm

Jumat

teroris di Aceh bukan GAM

JAKARTA | SURYA Online - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) seakan ingin memastikan, keberadaan pemimpin teroris di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bukanlah asli orang Aceh. SBY juga merasa yakin, apa yang terjadi di Aceh diindikasikan ada unsur teroris.
“Sampaikan betul kepada ulama dan Abu (ulama) bahwa ini sel dan unsur teroris. Saya mendapat laporan, pemimpinanya pun bukan orang Aceh. Sebagan dari mereka adalah dari luar Aceh,” ujar SBY sebelum membuka Rapat Kabinet Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Jum’at (5/3).
SBY mengaku merasa terkejut, di Aceh bisa sampai muncul teroris. Meski begitu, adanya jaringan terorisme di Aceh, bukanlah bagian dari GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
“Saya menyimak dan menerima laporan, tiba tiba muncul aktifitas terorisme di Aceh. Ini bukan unsur GAM yang dulu, benar-benar kelompok teroris yang mengorganisasi diri dengan rapi. Memilih tempat latihan di Aceh dengan harapan orang tidak lagi melihat Aceh sebagai daerah konflik dengan harapan, kita terlena dan mereka bisa melakukan segalanya mempersiapkan aksi-aksi terorisme,” ujarnya.
“Masalah teroris bisa dicegah. Saya juga berharap, ini tetap menjadi agenda dalam penegakan hukum dan keamanan. Rakyat kita, menginginkan negara aman. Kenapa, kok, berubah ubah terus,” katanya lagi.
Ditegaskan pula, ancaman terorisme masih ada baik di dalam maupun di luar negeri. Oleh karena itu, Presiden SBY berharap kepada pihak Kepolisian, jajaran BIN dan TNI, benar-benar melakukan segala upaya untuk cegah aksis aksi terorisme dan manakala terjadi melakukan penindakan yang tepat dan cepat.
“Lakukan kerjasama sebaik baiknya dengan gubernur, bupati dan walikota, aparat keamanan. Ulama, atau abu di Aceh. Sampaikan betul bahwa, ini sel dan unsur teroris,” katanya lagi.
Dibaca: 25 kali

Selasa

BENCANA KEMANUSIAAN AKIBAT DARWINISME



  Fasisme dan komunisme, yang telah menenggelamkan umat manusia dalam masa kegelapan, terilhami oleh satu sumber yang sama, yang dengannya mereka dapat menarik dukungan massa ke pihak mereka. Sumber ini adalah filsafat materialis dan penerapannya pada alam kehidupan, yakni Darwinisme. Penerimaan ketidakabsahan ilmiah teori tersebut akan mengakhiri riwayat hidup beragam ideologi merusak ini.

Minggu

Teroris di Aceh Libatkan WNA

JAKARTA -- Lima teroris yang ditangkap di Aceh pada Senin hingga Selasa lalu ternyata melibatkan Warga Negara Asing (WNA). Menurut Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Edward Aritonang, dugaan tersebut karena ditemukannya dokumen yang menerangkan bahwa yang bersangkutan adalah WNA.

Namun saat ditanya apakah yang bersangkutan adalah Warga Negara Afganistan, Edward mengaku ada indikasi kesana. "Iya dokumennya (Timur Tengah) ada, tapi harus diperdalam lagi kebenarannya," jelas Edward.

Selain masalah WNA, kabar adanya salah tembak oleh anggota Datasemen khusus 88 dalam aksi penangkapan teroris di Aceh diakui Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Edward Aritonang. Namun, menurutnya, harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk membuktikan dugaan tersebut. "Dugaan tapi kebenarannya tergantung pemeriksaan," jelas Edward kepada wartawan di auditorium PTIK, Jumat (26/2). Namun, ketika dikonfirmasi berapa korban salah tembak tersebut Edward mengatakan secara khusus belum mengetahui jumlahnya.

Sebelumnya, penangkapan teroris terjadi di Pegunungan Jalin, Jantho, Aceh Besar berlangsung selama 14 jam dari Senin (22/2) sampai Selasa (23/2) lalu. Dalam penangkapan tersebut sempat terjadi perlawanan sehingga polisi menembak dua orang anggota kelompok tersebut yang akhirnya tewas. Sementara, tiga orang lainnya berhasil ditangkap. Tiga orang yang berhasil ditangkap adalah Ismet (40 tahun), Zaky (37 tahun), Yudy (26 tahun). Sementara, dua yang tertembak ialah Kamarudin (37 tahun) dan Suheri (14 tahun).

Dalam penangkapan itu, polisi berhasil menyita beberapa pucuk senjata api, dan buku karangan salah satu trio bom bali, Mukhlas berjudul "Mimpi Suci Dibalik Jeruji," dan beberapa dokumen. Menurut Edward, ditemukannya buku tersebut belum tentu kelompok tersebut terkait dengan Noordin M Top. "Tapi mungkin itu mengilhami dan mengimpirasi mereka itu bisa saja," jelasnya.

Meski telah membuat pengakuan, hingga saat ini, Mabes Polri belum mengeluarkan keterangan resmi terkait siapa dibalik teroris tersebut.